LEMBANG...LEMBANG PAK...AMBU...!
sambil menulis cerita ini, sayup MP3 player-ku bersuara," Come away with me in the night, come away with me and I will write you a song".
Suatu ketika aku melakukan perjalanan untuk 'merangkai' 'benang-benang kusut' itu menjadi sulaman bunga kembang sepatu. Segala sesuatu butuh privasi, demi kelangsungan sendiri dan generasi setelahnya, mungkin juga sekitar. Perjalanan disela-sela cutiku setelah sepurnama lamanya memperkaya negeri orang.
"Come away with me on a bus, come away with me where they can't tempt us, with their lies".
Aku menggunakan kendaraan umum Colt L-300. Menuju ke Lembang, rencananya 2 hari menginap di losmen murah. Tidak perlu mahal. Ambisi, amarah, dendam, cita, mimpi, hasrat, cinta dll harus diselaraskan dan digiring demi sebuah keputusan bersama yang disepakati. Manusia adalah pengguna atas apa yang ada didirinya, diberikan Pencipta dan tidak ada seorangpun dikolong langit ini yang bisa merubahnya. Kadang ada yang berterima kasih karenanya dan tidak sedikit yang menggerutu.
"I want to walk with you on a cloudy day, in fields where the yellow grass grows knee kigh; So won't you try to come"
Ditengah jalan angkutan umum mogok mengakibatkan penumpang harus bersabar sampai kendaraan bisa jalan lagi. Sebagian ada yang marah karena waktu mereka tertunda. Ada juga yang marah tanpa alasan. Ada yang diam cuek menandakan dia orang yang toleran dengan ketidaksengajaan. Aku keluar merokok dan menunggu. Ada juga yang membantu pak supir dan kerneknya memperbaiki kendaraan. Lucu juga, seperti itu juga agaknya hidup.
“Come away with me and we'll kiss on a mountain top. Come away with me and I'll never stop loving you”
Ternyata penyambung kabel kepengapian terlepas entah dimana. Akhirnya aku sedikit membantu crew oplet. Mulutku asem karena lapar juga gerah. Air mineral tidak bisa membujuk perutku agar sejenak mau berdamai, “ Kan nggak disengaja!”.
Setelah diingat, ternyata kernek lupa memeriksa kendaraan. Semua disitu mengomelin kernek yang kecil meringkih. Agaknya supir memilih ikut menyalahkannya, cari amanlah!
"And I want to wake up with the rain; Falling on a tin roof"
Ada penumpang yang menegurku karena masih sempat-sempatnya becanda dengan kernek, si terdakwa. Aku menawarkan rokok kretek tanpa filter juga air. Seorang ibu kesal dengan kami berdua, aku jawab,“ Kumaha atuh si ibu? Kernek oge manusialah!”. Seketika semua orang disitu tergelak tertawa, si ibupun senyum. Tapi si ibu cerdik,“ Kunaon pipiluan seri kernek?”. Sikernek diam menyimak. Wah, si kernek bijak juga, berbisik “ Engkeu, abdi moal siga kiyeu deui”. Terpaksa kernek mencari spare-part-nya. Nggak sedikit yang berpindah kendaraan. Kami yang masih setia, hanya melongo. Ada yang ragu, ada yang merasa bahwa ini adalah tepa-selira. “ Cocok, Indonesia yang aku rindukan”.
Menunggu kernek, kami bercerita tentang si kernek, dengan narator sang supir. Semua masih belum bisa menerima dan tetap menyalahkannya. Sampai datangpun mereka masih saja menvonisnya. Aku menyelutuk,“ Andaikan dia sepintar yang kalian maksud, nggak mungkin dia disini, bisa saja dia seseorang”. Mereka diam. Akhirnya perjalananpun dilanjutkan. Itulah hidup, sepele tapi banyak disekitar, tergantung, apakah mau sedikit berkeringat meraihnya? Atau menunggunya nongol didepan mulut tinggal telan saja?
"While I'm safe there in your arms, so all I ask is for you to come away with me in the night... Come away with me"
Seperti mobil tua, sederhana namun mengajarkan sesuatu. Bayangkan kendaraan itu harus mogok hanya karena sebuah penyambung kabel. Semua elemen dikendaraan itu berharga. Andaikan tidak ada roda, bisa-bisa kami menuju ke pemakaman. Sekecil apapun peran baut, mungkin hanya di roda tetapi elemen yang dibutuhkan kendaraan untuk berjalan mulus. Konon, Titanic, kapal legenda itu, karam setelah bautnya copot karena tubrukan dengan gunung es. Hanya sebuah baut bisa membunuh ribuan jiwa.
Janganlah berkecil hati karena merasa elemen terkecil dalam suatu lakon. Seperti kendaraan tadi, walau telah memiliki semua elemen yang lengkap, akhirnya mogok karena ketidaksiapan dan keteledoran. Jadi banyak faktorlah untuk mewujudkan sesuatu yang dicita-citakan.
No comments:
Post a Comment