Monday, July 9, 2007

MANGKAT


Tulisan ini adalah buah karya seorang Digulist, seorang merah, seorang buangan, seorang Jawa, seorang pejuang pena sebelum kemerdekaan RI. Diumumkan dalam Jawi Hiswara, 23 Desember 1918, halaman 1, kolom 1-2. ( aku akan mengejanya tanpa menyuntingnya). Diambil dari buku SANG PELOPOR, Pramoedya Ananta Toer, Lentera Dipantara.

MANGKAT

(Mas Marco Kartodikromo)

Dengan terperanjat saya dapat kabar, bahwa Raden Mas Tirto Hadi Soerjo, ketika hari Sabtu yang baru berselang meninggal dunia ada di rumah sakit di Glodok Betawi.

Pembaca yang terhormat yang baru berkenalan dengan surat kabar dalam 4-5 tahun saja, boleh jadi belum tahu terang keadaan beliau, siapakah Raden Mas Tirto?

Raden Mas Tirto Hadi Soerjo, ialah seorang bangsawan asali dan juga bangsawan kafikirin, Bumiputera yang pertama kali menjabat jurnalis; boleh bilang tuan T.A.S induk jurnalis Bumiputera di ini tanah Jawa. Tajam sekali beliau punya pena, banyak pembesar-pembesar yang kena kritiknya jadi muntah darah dan sebagian besar suka memperbaiki kelakuannya yang kurang senonoh. Pertama kali beliau jadi Redaksinya PEMBRITA BETAWI, lalu terbitan sendiri surat bulanan atau mingguan akhirnya MEDAN PRIYAYI yang begitu kesohor, tetapi oleh kurang hemat memegang duit, MEDAN PRIYAYI tidak dapat hidup lama, dan Heer Tirto seperti ahulia* lantas hidup menganggur ada di hotel Samiromo Waltevreden dalam pemeliharaanya Heer Gunawan, sebab hotel itu pada galibnya ada kepunyaan Heer Tirto yang dengan keridlaan diserahkan pada Heer Gunawan.

Sekarang masuk usia 38 tahun benar, beliau mulai yang penghabisan buat selama-lamanya, maka dengan kepedihan yang amat sangat, tidak lupalah saya berdoa of bermohon akan Tuhan Yang Maha Kuasa, mudah-mudahan arwah beliau itu diberi apalah kiranya jalan terang, tujuan langsung, makam luas dan hujan rahmat agar supaya dapat melimpah untuk putra-putra beliau yang masih ketinggalan didunia, dapat melangsungkan kehidupan mencapai kemuliaan di muka bumi, sebab saya ingat, beliau itu dulu mempunyai 3 putra-putri, seorang lelaki 2 perempuan, yang laki itu yang sulung, keluar dari pada Prinses Van Bacan, jadi ini putra terhitung erfvost dari itu kerajaan kecil, adapun yang 2 perempuan, keluar dari orang biasa saja yakni Raden Ayu Tirto yang dulu ada di Bogor.

Entah, itu 2 anak perempuan dan ibunya sekarang tinggal dimana, saya tidak tahu lagi, meski begitu berhubunng jasanya Heer Tirto pada Bumiputera yang begitu besar, tempo-tempo terkenang-kenanglah saja akan mereka berdua putri yang pada masa ini kira-kira sudah jadi gadis yang hampir akil balig.

Pembaca yang terhormat jangan heran saja kata jasa Heer Tirto begitu besarnya pada Bumiputera, itu bukan omong kosong, karena Heer Tirto tidak saja seperti diatas sudah saja bincangkan ada di induk jurnalis Bumiputera, juga semata-mata jadi pengoncang Bumiputera bangun dari tidurnya, berapa kali beliau di diverbannen lantaran membela si lemah, yang petama ke Teluk Bitung dua bulan, penghabisannya ke Ambon hingga 6 bulan, itupun tidak lain melainkan lantaran saking niat meperlindungi si kecil.

Heer Tirto sejak msih sukamenanmpakkan diri di dunia jurnalistik, namanya bikin kagum untuk orang besar of kaum pemerintah yang suka main pat-pat gulipat, sebab kalau beliau sudah mulai mau menggasak orang, kerasnya bukan patut, tetapi kalimat-kalimatnya dalam karangan yang tajam-tajam, susah hakim bisa mengikat, hal mana pada selidik saja, walalupun jaman sekarang sudah banyak jurnalis yang gemblengan, en toh belum satu yang dapat memadai tentang kecerdikan beliau dalam jurnalistik; inipun bukan omong kosong lagi.

Jaman sekarang, banyak sekali jurnalis yang gagah berani, tetapi mudah di jebak, sedang jurnalis yang cerdik keberanian kurang. Tidak begitu Tuan Tirto, dua-duanya boleh ditiru.

Sayang Tuan Tirto lantas meletakkan kalamnya dan sekarang malah mengaso buat selama-lamanaya.

Tetapi apakah tak akan ada penggantinya kelak?

Ada!

yaitu Heer Wignyadisastra Directeur Hoofd Redacteur KAUM MUDA dan Heer Marco Redacteur SINAR HINDIA, beliau ini dua-duanya dulu ada terpimpin betul oleh beliau almarhum, lantaran mana kalau mereka suka mengambil contoh akan beliau, saya percaya bahwa merka niscaya dapat meniru. Amien!


No comments: