Sebagai “orang-dalam” kulo kaget akan ketololan Site Representative kongsian pengeboran minyak di Porong, Sidorarjo; Kok bisa mereka menggunakan “cara-cara” seperti itu untuk ngeluarin minyaknya? Kok bisa ada lokasi pengeboran dekat lokasi pemukiman? Inikah output orang-orang dengan bayaran termahal?
Seret ke pengadilan perusahaan itu. Juga oknum pejabat dan tokoh masyarakat yang “merestui” harus di-uber sampai ke liang kubur. Anak2 mereka harus tahu, bahwa duit yang mereka habisin ditempat hiburan seperti: dikotik, bar, café, Dolly dan Mall adalah uang haram jadah. Kalau mau berbenah, harus jujur dong, adil ga pandang bulu. Libas siapa wae yang terlibat.
“Kebocoran” lumpur panas yang nenggelamin kawasan itu karena Sistem Alam diganggu. Sejarah lagi-lagi membuktikan alam akan murka jika di obok-obok. Ibarat spring-bed, kita yang didalam ikut bergoyang mengikuti irama kasur jika digenjot keras. Banyak yang ngeremehin sejarah bak pakaian kotor. Loe salah coi! Kita menjadi lebih bijak jika menghargai sejarah. Kejelekan orang Indonesia selain seenake dewe, apatis, dan pencuri adalah komentator yang terburuk. Ga usah heran masih jadi babu melulu. Membangun gedung tanpa perencanaan matang, hasilnya pasti ngaco.
Sebelum pengeboran, biasanya dikirim para geologists, geophysicsts, mineralogysts, enviros, sociologs dan human affairs. Gila, pekerjaan itu dikerjakan amatiran!. Seperti pipa air ledeng, kebocoran disuatu titik akan menimbulkan banyak titik bocoran di tempat lainnya, logika ndeso ! Dibawah bumi ada lapisan-lapisan sampai ke dasar bumi kira-kira 6378 km. Jawa Timur rentan gempa dan banyak gunung api aktif. Harusnya diperhatikan bahwa aktivitas vulkanis Merapi Mbah Maridjan mempengaruhi liquifaction di selubung bumi Jawa. Raja Kediri Ratu Joyoboyo (lihat blogku ttg Ronggowarsito) nan waskita telah mengingatkannya 1000 tahun silam, dasar bebal!
Pemandian2 air panas disekitarnya menguatkanku bahwa dibawah Porong sana, ada pipa ledeng panas raksasa ciptaan Gusti Allah. Itulah yang diganggu Lapindo Mega Brantas. Alam dilawan! MasyaAllah! Orang-orang asing makin menertawai kita dan makin kuat dugaan mereka, bahwa kita anger guobulok!
Lubang-lubang tempat keluarnya lumpur harus ditutup gimanapun caranya. SBY dah puyeng 7X keliling Monas karenanya. Kulo ogah ngasih tahu caranya, ide mahal bung! Sekali lagi, ikutin prosedur alam. Zat cair biasanya selalu mengalir kedaerah yang elevasi-nya lebih rendah dari tempat sebelumnya, inilah HUKUM ALAM. Jangan cuman dibendung kayak di sawah aja, buang lumpur itu. Memang mahal harganya, tapi alam akan manut mengikuti kemauan Sang Arsitek Agung. Pake duit Aburizal Bakrie ma Arifin Panigoro! Kere-kere dah loe! Jangan mau enaknya aja…Asu! Eh…masih dipake SBY jadi menteri, ga heran, wong SBY juga “masalah”.
Banyak tatapan mata-mata kosong, wajah-wajah bekas kehabisan air mata. Sawah tergenang lumpur, rumah-rumah yang kelihatan cuman atap doang. Lokasi kerajinan tangan yang terkenal itu sekarang tinggal nisan. Mereka merasa menjadi korban permainan nasib, merasa alam tidak adil. Mungkin banget ga percaya lagi ma Tuhannya. Suatu saat, Dolly akan dipenuhi lonte-lonte belia asal Sidoarjo. Akan ada generasi sakit hati karena keserakahan manusia. Generasi yang akan menjadi batu sandungan kita kelak.
Jusuf Kalla, sang wakil presiden kita pernah kumur2 di ‘warung remang-remang’,koarnya,“…Tahun 2030, negara kita jadi negara kaya dan maju didunia…”. Aku langsung nyerocos, “…Iya kale! Jika Jawa ga ditenggelamin lumpur Porong dan Aceh ga hilang ditelan Samudra Indonesia…”.
“…Segala yang diperoleh dengan “keringat” bisa hilang begitu saja tanpa penjelasan. Tapi malapetaka itu mengajarkan kita memahami sabda Allah: manusia tidak perlu takut akan hal-hal yang tidak diketahui, kalau mereka sanggup meraih apa yang mereka butuh dan inginkan…Kita takut kehilangan apa yang kita miliki…hidup atau tanah kita. Tapi rasa takut menguap begitu kita memahami bahwa kisah-kisah kita dan sejarah dunia ditulis oleh Tangan Agung Yang Sama…” (Inspire by The Alchemist!).
No comments:
Post a Comment